Dengarkan cara ST12 membawakan lagu-lagu karyanya, nikmati kekhasan pilihan kata dan tema lirik lagu ciptaannya. Niscaya kita akan dibawa ke citra musik Melayu modern, lantaran dimainkan dalam formasi band. Inilah band yang tampil beda di bawah label Trinity Optima Production.
Notasi Minor ala ST12
Di awal berdirinya di Jalan Stasiun Timur nomor 12, Bandung pada 20 Januari 2005, ST12 telah mengkonsep karya lagu ciptaannya dengan karakter lagu-lagu pop Melayu, “Kami awali dengan melakukan riset kecil-kecilan pada sukses band-band papan atas Indonesia macam Dewa, Peterpan atau Sheila on 7. Umumnya lagu-lagu hit mereka menggunakan notasi minor, tapi dinyanyikan dengan cara ‘penyanyi bule’. Sedangkan notasi minor itu sejatinya ada pada musik Melayu, bagian dari kebudayaan kita sendiri. ST12 bangga bisa mengambil segmen musik pop Melayu, seperti halnya orang Amerika yang bangga dengan musik country atau orang Brazil mempertahankan budaya samba melalui musik dan tari,” ujar Pepep (drummer) membuka percakapan.
ST12 yang digawangi oleh trio Pepep (lahir di Padang, 9 Februari 1982, drums), Charly (Cirebon, 5 November 1982, vocal) dan Pepeng (Tasikmalaya, 9 Mei 1979) tak merasa risih disebut sebagai pembawa lagu pop Melayu dan bermain di segmen penikmat musik menengah ke bawah, “Karena sejatinya, publik musik kita ada di sana. Tapi ST12 mengemasnya beda, baik dalam cara membawakan lagu-lagu karya kami, dengan tema lirik dan gimmic yang kami masukan ke dalam aransemen lagu,” lanjut Charly.
Perhatikan lagu ‘P.U.S.P.A’ yang video klipnya disutradarai oleh Abimael Gandy (clip maker Terbaik SCTV Music Awards 2008), dengan model Luna Maya. Dari cara menulis judulpun beda, padahal ‘P.U.S.P.A’ adalah kependekan dari ‘Putuskan Saja Pacarmu’. Kenapa cara penulisannya harus memakai huruf kapital? “Bikin orang penasaran pengen dengerin lagunya, lalu beli kaset atau CD aslinya,” jawab Pepep sambil melepas tawa. Lagu ‘Putri Iklan (Cinta Dalam Mimpi)’ yang diaransemen lebih ngepop, menawarkan tema lirik yang berani, yakni tentang ‘mimpi basah’ laki-laki, dengan membayangkan bertemu dengan bintang iklan yang cantik jelita. Tema yang terdengar nakal, tapi tak pernah diungkap band lain. Lagu ‘Batu Nisan’, merupakan kisah nyata dari seorang perempuan yang melahirkan anak pertamanya, pada saat bersamaan, suaminya meninggal dunia. Lagu ‘Cinta Tak Direstui’, juga sebuah kisah nyata yang banyak dialami oleh pasangan muda. Barangkali lantaran perbedaan status pendidikan, status sosial dan bahkan mungkin karena ‘beda kasta’.
“Lirik-lirik yang gue banget, dengan bahasa sehari-hari yang ngalir aja, dipadu dengan melodi lagu dengan notasi minor Melayu, itulah kunci capaian musik ST12 sampai hari ini,” ujar gitaris Pepeng, yang mengaku selalu ‘merem abis’ pemakaian distorsi gitar pada musik rekaman ST12. Boleh dicatat, Pepeng awalnya adalah musisi rock, penggemar Bon Jovi dan gitaris Joe Satriani.
Curhat Charly & Workshop Aransemen
Charly adalah konseptor lirik dan lagu di hampir semua lagu ST12 sejak album perdana hingga album kedua yang beredar Juli 2008 ini. Dalam teori musik, apabila yang menulis lagu adalah vokalisnya, maka interpretasi menyanyinya akan terdengar pas. Charly juga dengan mudah mengukur ambitus (luas suara)-nya, ketajaman cengkok Melayunya, dan membuat permainan kata ‘gaya curhat’ pada lirik lagu, “Tapi untuk aransemen yang menyebabkan lagu-lagu ST12 menjadi utuh, mengigit dan gue banget, kami lakukan workshop sebelum masuk studio rekaman. Jadi aransemen kami matangkan secara bersama; trio musisi ST12 yang membuat,” ujar Charly merendah.
Perhatikan aransemen lagu ‘Jangan Pernah Berubah’ dan “Batu Nisan’, dua lagu ini dimainkan dengan unsur piano dan string yang tebal dibanding lagu-lagu lain. Sebenarnya akan lebih pas jika dikasih asli aransemen orkestra, “Tapi kami tak lakukan itu, takut terlalu berat didengar,” alasan Pepep. Lagu ‘Cinta Jangan Dinanti’, dikonsep ke arah klasik disko, sementara ‘Tak Dapat Apa-apa (My Hot)’ yang up beat versi Melayu, dikonsep untuk musik panggung. Pada ‘Lagu Irama Reggae (Cinta Itu Anugerah)’, ST12 memasukkan aroma musik reggae di dalamnya. Satu komposisi lagu yang lengkap.
Pada awal berdirinya ST12 memakai formasi 4 musisi, sayang gitaris Iman Rush meninggal dunia di tengah persiapan rekaman. Posisi Iman dianggap tak tergantikan, hanya untuk ke panggung, ST12 memakai additional musician (musisi tamu), Iwan (gitar), Kewoy (keyboards/piano) dan Buche (bas). Di rekaman, bassist tamunya diisi oleh Indra. Formasi inilah yang memberi roh kekuatan musik Melayu ala ST12, yang setiap pekan selalu melakukan workshop lagu-lagu baru di basecamp-nya di Studio OMS, di Jalan Stasiun Timur 12, Bandung.
‘Ngamen Bareng’ untuk Musisi Jalanan
Tatkala mendengar 9 lagu baru dan 3 lagu lama (‘Aku Masih Sayang’, ‘Jalan Terbaik’ dan “Rasa Yang Tertinggal’ – dari album pertama) dalam album keduanya, maka muncul opini ST12 pantas merilis album P.U.S.P.A ini ke Negara ASEAN berbahasa Melayu; seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Roh Melayu melalui lirik dan melodi lagu, dan cengkok Melayunya yang khas, ditambah modernisasi musik melalui formasi band ST12, merupakan daya jual yang menjanjikan. Ia tak hanya enak diakses melalui CD dan Kaset, dan ditonton di panggung, tapi – boleh diduga – ring back tone dari album P.U.S.P.A akan tinggi peminatnya.
“Kami berusaha menulis lagu tak hanya enak di refrein-nya, tapi juga harus komersial di song –nya. Jadi dipotong dimana aja untuk ring back tone, tetap oke,” kata Pepep tidak dalam nada pongah. Bersama rekan-rekannya, ia setuju sekali jika eksekutif produsernya dari label Trinity Optima Production, bisa membuka peluang album ST12 dipasarkan di Luar Negeri, bahkan band asal Bandung ini siap menggelar promo tour ke Malaysia, Singapura atau Brunai Darussalam, “Barangkali kami bisa punya penggemar baru di sana, sama kuatnya dengan fans ST12 di Bandung, Sumatera, dan Kalimantan,” tambah Pepep, yang menggemari karya The Police dan Toto ini.
Promo awal ST12 dilakukan di Bandung pada tanggal 17 dan 18 Juni 2008 yang lalu, bekerjasama dengan Radio Dahlia, ST12 membuka audisi band dari kalangan umum dan pengamen Bandung dengan judul acara Ngamen Bareng ST12. Peserta yang berjumlah 50 band – kebanyakan pengamen / musisi jalanan – harus membawakan lagu wajib ‘P.U.S.P.A’ karya ST12. Hasilnya Viul Band yang berformasi 6 orang, akan tampil sebagai bintang tamu launching album P.U.S.P.A ST12 yang on air di SCTV pada tanggal 4 Juli 2008.
“Lagu-lagu kami memang banyak dinyanyikan musisi jalanan, mereka berjasa bagi karier ST12. Karena itulah, kami buka event Ngamen Bareng, dengan harapan event ini juga bisa membuka karier profesional para musisi jalanan, khususnya di Bandung,” tambah Pepep mengunci percakapan.
Kita lihat hasil kolaborasi manis itu!
Notasi Minor ala ST12
Di awal berdirinya di Jalan Stasiun Timur nomor 12, Bandung pada 20 Januari 2005, ST12 telah mengkonsep karya lagu ciptaannya dengan karakter lagu-lagu pop Melayu, “Kami awali dengan melakukan riset kecil-kecilan pada sukses band-band papan atas Indonesia macam Dewa, Peterpan atau Sheila on 7. Umumnya lagu-lagu hit mereka menggunakan notasi minor, tapi dinyanyikan dengan cara ‘penyanyi bule’. Sedangkan notasi minor itu sejatinya ada pada musik Melayu, bagian dari kebudayaan kita sendiri. ST12 bangga bisa mengambil segmen musik pop Melayu, seperti halnya orang Amerika yang bangga dengan musik country atau orang Brazil mempertahankan budaya samba melalui musik dan tari,” ujar Pepep (drummer) membuka percakapan.
ST12 yang digawangi oleh trio Pepep (lahir di Padang, 9 Februari 1982, drums), Charly (Cirebon, 5 November 1982, vocal) dan Pepeng (Tasikmalaya, 9 Mei 1979) tak merasa risih disebut sebagai pembawa lagu pop Melayu dan bermain di segmen penikmat musik menengah ke bawah, “Karena sejatinya, publik musik kita ada di sana. Tapi ST12 mengemasnya beda, baik dalam cara membawakan lagu-lagu karya kami, dengan tema lirik dan gimmic yang kami masukan ke dalam aransemen lagu,” lanjut Charly.
Perhatikan lagu ‘P.U.S.P.A’ yang video klipnya disutradarai oleh Abimael Gandy (clip maker Terbaik SCTV Music Awards 2008), dengan model Luna Maya. Dari cara menulis judulpun beda, padahal ‘P.U.S.P.A’ adalah kependekan dari ‘Putuskan Saja Pacarmu’. Kenapa cara penulisannya harus memakai huruf kapital? “Bikin orang penasaran pengen dengerin lagunya, lalu beli kaset atau CD aslinya,” jawab Pepep sambil melepas tawa. Lagu ‘Putri Iklan (Cinta Dalam Mimpi)’ yang diaransemen lebih ngepop, menawarkan tema lirik yang berani, yakni tentang ‘mimpi basah’ laki-laki, dengan membayangkan bertemu dengan bintang iklan yang cantik jelita. Tema yang terdengar nakal, tapi tak pernah diungkap band lain. Lagu ‘Batu Nisan’, merupakan kisah nyata dari seorang perempuan yang melahirkan anak pertamanya, pada saat bersamaan, suaminya meninggal dunia. Lagu ‘Cinta Tak Direstui’, juga sebuah kisah nyata yang banyak dialami oleh pasangan muda. Barangkali lantaran perbedaan status pendidikan, status sosial dan bahkan mungkin karena ‘beda kasta’.
“Lirik-lirik yang gue banget, dengan bahasa sehari-hari yang ngalir aja, dipadu dengan melodi lagu dengan notasi minor Melayu, itulah kunci capaian musik ST12 sampai hari ini,” ujar gitaris Pepeng, yang mengaku selalu ‘merem abis’ pemakaian distorsi gitar pada musik rekaman ST12. Boleh dicatat, Pepeng awalnya adalah musisi rock, penggemar Bon Jovi dan gitaris Joe Satriani.
Curhat Charly & Workshop Aransemen
Charly adalah konseptor lirik dan lagu di hampir semua lagu ST12 sejak album perdana hingga album kedua yang beredar Juli 2008 ini. Dalam teori musik, apabila yang menulis lagu adalah vokalisnya, maka interpretasi menyanyinya akan terdengar pas. Charly juga dengan mudah mengukur ambitus (luas suara)-nya, ketajaman cengkok Melayunya, dan membuat permainan kata ‘gaya curhat’ pada lirik lagu, “Tapi untuk aransemen yang menyebabkan lagu-lagu ST12 menjadi utuh, mengigit dan gue banget, kami lakukan workshop sebelum masuk studio rekaman. Jadi aransemen kami matangkan secara bersama; trio musisi ST12 yang membuat,” ujar Charly merendah.
Perhatikan aransemen lagu ‘Jangan Pernah Berubah’ dan “Batu Nisan’, dua lagu ini dimainkan dengan unsur piano dan string yang tebal dibanding lagu-lagu lain. Sebenarnya akan lebih pas jika dikasih asli aransemen orkestra, “Tapi kami tak lakukan itu, takut terlalu berat didengar,” alasan Pepep. Lagu ‘Cinta Jangan Dinanti’, dikonsep ke arah klasik disko, sementara ‘Tak Dapat Apa-apa (My Hot)’ yang up beat versi Melayu, dikonsep untuk musik panggung. Pada ‘Lagu Irama Reggae (Cinta Itu Anugerah)’, ST12 memasukkan aroma musik reggae di dalamnya. Satu komposisi lagu yang lengkap.
Pada awal berdirinya ST12 memakai formasi 4 musisi, sayang gitaris Iman Rush meninggal dunia di tengah persiapan rekaman. Posisi Iman dianggap tak tergantikan, hanya untuk ke panggung, ST12 memakai additional musician (musisi tamu), Iwan (gitar), Kewoy (keyboards/piano) dan Buche (bas). Di rekaman, bassist tamunya diisi oleh Indra. Formasi inilah yang memberi roh kekuatan musik Melayu ala ST12, yang setiap pekan selalu melakukan workshop lagu-lagu baru di basecamp-nya di Studio OMS, di Jalan Stasiun Timur 12, Bandung.
‘Ngamen Bareng’ untuk Musisi Jalanan
Tatkala mendengar 9 lagu baru dan 3 lagu lama (‘Aku Masih Sayang’, ‘Jalan Terbaik’ dan “Rasa Yang Tertinggal’ – dari album pertama) dalam album keduanya, maka muncul opini ST12 pantas merilis album P.U.S.P.A ini ke Negara ASEAN berbahasa Melayu; seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Roh Melayu melalui lirik dan melodi lagu, dan cengkok Melayunya yang khas, ditambah modernisasi musik melalui formasi band ST12, merupakan daya jual yang menjanjikan. Ia tak hanya enak diakses melalui CD dan Kaset, dan ditonton di panggung, tapi – boleh diduga – ring back tone dari album P.U.S.P.A akan tinggi peminatnya.
“Kami berusaha menulis lagu tak hanya enak di refrein-nya, tapi juga harus komersial di song –nya. Jadi dipotong dimana aja untuk ring back tone, tetap oke,” kata Pepep tidak dalam nada pongah. Bersama rekan-rekannya, ia setuju sekali jika eksekutif produsernya dari label Trinity Optima Production, bisa membuka peluang album ST12 dipasarkan di Luar Negeri, bahkan band asal Bandung ini siap menggelar promo tour ke Malaysia, Singapura atau Brunai Darussalam, “Barangkali kami bisa punya penggemar baru di sana, sama kuatnya dengan fans ST12 di Bandung, Sumatera, dan Kalimantan,” tambah Pepep, yang menggemari karya The Police dan Toto ini.
Promo awal ST12 dilakukan di Bandung pada tanggal 17 dan 18 Juni 2008 yang lalu, bekerjasama dengan Radio Dahlia, ST12 membuka audisi band dari kalangan umum dan pengamen Bandung dengan judul acara Ngamen Bareng ST12. Peserta yang berjumlah 50 band – kebanyakan pengamen / musisi jalanan – harus membawakan lagu wajib ‘P.U.S.P.A’ karya ST12. Hasilnya Viul Band yang berformasi 6 orang, akan tampil sebagai bintang tamu launching album P.U.S.P.A ST12 yang on air di SCTV pada tanggal 4 Juli 2008.
“Lagu-lagu kami memang banyak dinyanyikan musisi jalanan, mereka berjasa bagi karier ST12. Karena itulah, kami buka event Ngamen Bareng, dengan harapan event ini juga bisa membuka karier profesional para musisi jalanan, khususnya di Bandung,” tambah Pepep mengunci percakapan.
Kita lihat hasil kolaborasi manis itu!